image1 image2 image3

HELLO I'M RISDA C UTAMI|WELCOME TO MY PERSONAL BLOG|THE STORY OF MY LIFE

Secuil Kisah Kehidupan (Part Hijrah)


Berfikir untuk behijrah menjadikan diri lebih dekat dengan tuhan adalah perjalanan yang tidak mudah apalagi ketika kita menginjakan umur di masa-masa remaja hingga young adult. Saya terlahir sebagai muslim, pendidikan agama sudah di berikan melalui sekolah agama saat menginjak sekolah dasar. Karena mungkin orang tua saya takut salah mengajarkan agama makanya anaknya di masukanlah ke sekolah khusus. Tak ada prestasi yang menonjol saat saya sekolah agama ini tak terlalu pandai menghafal al-quran atau sebagainya. Mungkin hanya saja basic yang saya miliki di awali dari sini.

Beranjak remaja pandangan tetang agama sedikit berubah, berteman dengan kalangan rekan lainnya yang tidak terlalu memandang agama itu  terkadang membuat solat saya malas-malasan. Yang terpikir hanya bagaimana saya bisa berprestasi secara akademik saja dan saya semakin jauh dari agama. Padahal aturan daerah saat saya bersekolah itu mewajibkan siswi yang beragama Islam menggunakan kerudung. Tapi itu hanya formalitas busana menuju sekolah  saja di lain waktu di lain tempat saat bermain tetap saja kerudung itu hanya menggantung di kamar.

Semakin bertambah umur bertambah teman bertambah hal-hal tidak diketahui menjadi tau, dimana pergaulan remaja membuat saya tau apa itu cinta monyet apa itu pacaran apa itu berbohong apa itu memaki membully.  Saya remaja hanya membedakan teman dari apa yang dia lakukan kepada saya saja walaupun secara tidak langsung sebenarnya mereka memberi pengaruh. Yang saya penggang saat itu bagaimana prestasi saya tetap baik hingga bisa masuk sekolah atau perguruan negri dan bagaimana saya tidak mempermalukan orang tua saya.



Jauhnya dari nilai-nilai mana yang boleh dilakukan dan tidak menurut agama membuat diri saya banyak melakukan hal yang tidak baik dan sia-sia (pokonya Bandel aja). Saya melakukan apa yang saya suka, apa yang saya mau, tanpa menghiraukan boleh atau tidak boleh. Saya menjadi sangat arogan dan sombong memandang hidup dan memaknai keberhasilan maupun kegagalan. Maka makin jauh lah jarak saya dengan agama.

Dan celakanya ketika saya kuliah, saya tidak begitu percaya akan bantuanya Alloh SWT dalam hidup saya. Sehingga saya berfikir hidup saya tanpa agama tetap baik-baik saja yang terpenting saya tidak menyusahkan orang dan merugikan orang (habluminannas). ooh ya yang perlu kalian ketahui, ketika kamu tidak beragama maka pegangan harapan kendali tidak kita serahkan kepada Alloh SWT tapi kepada manusia  dan itu bisa percaya kepada diri kita sendiri atau orang lain. Yang terjadi  mengagungkan diri sendiri maupun orang lain.

Lucunya di universitas saya dulu itu, sebagai anak baru di haruskan untuk tes pengetahuan agama dan membaca al-quran. Dan hasilnya saya gak lulus .. sehingga mau ga mau agar nilai mata kuliah agama saya bagus saya harus ikut kelas mentoring yang dilaksanakan di hari weekend. Kesal dong saya weekend di pake belajar agama. Kalo saya pikir-pikir sekarang mungkin ini sinyal pertama dari Alloh SWT agar tidak telalu terperosok.

Tapi dasar bebelnya saya keras nya hati saya .. tak banyak materi mentoring masuk ke otak yang saya pikirkan bagaimna saya bisa melepaskan diri dari kegiatan mentoring tersebut gimana caranya bisa izin atau titip absen hahaha.. *jangan di tiru. Dan berkali kali pun saya gak pernah lulus dalam mata kuliah berunsur agama islam selalu ada aja perbaikan ke dosen agar nilai terpenuhi. Serasa berkali kali di pinta untuk ingat agama dan ingat tuhan.

Titik balik semua di awali dari salah satu temen yang nyuruh saya pindah agama dari agama islam.. dia bingung ngeliat temennya solat engga tuntunan islam gak paham. Di situ hati kecil saya tersentuh hingga saya berfikir sudah sejauh itu kah saya dengan agama islam ini. Teman saya menasehati dengan simple, kalau saya tidak ingin membuat keputusan besar dengan pindah agama dan mengguncangkan hati orang tua. Dia menyuruh saya mengerjakan rukun islam yang menurut saya paling ringan dan sesuai dengan moto hidup saya.

Yang saya pilih saat itu adalah berbagi, saya ikuti kata hati saya. Mulai zakat atau sodakoh saya kerjakan yang penting sesuai moto saya yang masih (habluminannas). Ouh yah selain solat yang di tinggalin puasa saya juga semaunya. Gak tau kenapa saat itu saya berfikir zakat atau sodakoh itu paling gampang.

Ketika saya merangkak menuju agama Alloh SWT, ia malah mengejar saya dengan…
Titik bali kedua, dimana Alloh SWT memberikan saya sebuah keadaan dimana saat itu saya percaya dan berharap terhadap manusia but skenario  Alloh SWT lain. Di masa ini saya belajar menyeimbangkan nurani dan logika. Dimana kita memutuskan pilihan tanpa bisa meminta petunjuk ke orang lain maupun menannyakannya ke diri kita sendiri. Dimana berdoa adalah jalannya. Kata hati saya menyuruh saya untuk solat.

Apa yang terjadi saat mulai kembali solat, rasanya benar-benar nano-nano kecewa, marah, sedih, malu hingga menyesal. Tapi di lubuk hati kecil ini sadar saat itu saya meminta maaf atas ke sombongan diri dan disitu saya menyadari semua kesalahan saya.

Ya kini .. saya mencoba berjalan mendekati Alloh ..

Saya memperbaiki solat wajib saya, berusaha tidak lalai. Masih banyak kekacauan keimanan yang telah saya buat sebelumnya  hingga menjadi PR banget sekarang. Langkah demi langkah saja Insyalloh saya perbaiki mudah-mudahan saya selalu di beri rahmat dan hidayahnya.
Karena, permasalahan itu bukan membandingkan cara kita berhijrah mendekati Alloh SWT. Bukan merangkak, berjalan atau berlarinya. Tapi bagaimana caranya kamu tetap terus merangkak tetap terus berjalan dan tetap terus berlari. Tanpa harus terhenti dan terlena kembali, ini tantangan berat banget buat saya.

Dan uniknya sekarang, kalo saya kembali lebih percaya atau berharap ke manusia, Alloh memberi sinyal dan memperingatkan saya sangat cepat. Jika saya melupakan-Nya *Astagfirulloh apa yang saya inginkan berbalik menjauh tanpa harus menunggu bertahun-tahun agar aku sadar. Ya .. detik itu minggu itu, *Subhanalloh sekali kan.

So biarkan saya saja yang berlari mendekat dengan-Mu dan semoga saya bisa terus istiqomah J



Share this:

CONVERSATION

0 komentar:

Posting Komentar