Berfikir
untuk behijrah menjadikan diri lebih dekat dengan tuhan adalah perjalanan yang
tidak mudah apalagi ketika kita menginjakan umur di masa-masa remaja hingga
young adult. Saya terlahir sebagai muslim, pendidikan agama sudah di berikan
melalui sekolah agama saat menginjak sekolah dasar. Karena mungkin orang tua
saya takut salah mengajarkan agama makanya anaknya di masukanlah ke sekolah
khusus. Tak ada prestasi yang menonjol saat saya sekolah agama ini tak terlalu pandai
menghafal al-quran atau sebagainya. Mungkin hanya saja basic yang saya miliki
di awali dari sini.
Beranjak
remaja pandangan tetang agama sedikit berubah, berteman dengan kalangan rekan
lainnya yang tidak terlalu memandang agama itu terkadang membuat solat saya malas-malasan. Yang
terpikir hanya bagaimana saya bisa berprestasi secara akademik saja dan saya
semakin jauh dari agama. Padahal aturan daerah saat saya bersekolah itu
mewajibkan siswi yang beragama Islam menggunakan kerudung. Tapi itu hanya formalitas
busana menuju sekolah saja di lain waktu
di lain tempat saat bermain tetap saja kerudung itu hanya menggantung di kamar.
Semakin
bertambah umur bertambah teman bertambah hal-hal tidak diketahui menjadi tau, dimana
pergaulan remaja membuat saya tau apa itu cinta monyet apa itu pacaran apa itu
berbohong apa itu memaki membully. Saya
remaja hanya membedakan teman dari apa yang dia lakukan kepada saya saja
walaupun secara tidak langsung sebenarnya mereka memberi pengaruh. Yang saya
penggang saat itu bagaimana prestasi saya tetap baik hingga bisa masuk sekolah atau
perguruan negri dan bagaimana saya tidak mempermalukan orang tua saya.
Jauhnya
dari nilai-nilai mana yang boleh dilakukan dan tidak menurut agama membuat diri saya banyak melakukan hal yang tidak baik dan
sia-sia (pokonya Bandel aja). Saya melakukan apa yang saya suka, apa yang saya mau, tanpa
menghiraukan boleh atau tidak boleh. Saya menjadi sangat arogan dan sombong memandang
hidup dan memaknai keberhasilan maupun kegagalan. Maka makin jauh lah jarak
saya dengan agama.
Dan celakanya ketika saya kuliah, saya tidak begitu percaya akan bantuanya Alloh SWT dalam hidup saya. Sehingga saya berfikir hidup saya tanpa agama tetap baik-baik saja yang terpenting saya tidak menyusahkan orang dan merugikan orang (habluminannas). ooh ya yang perlu kalian ketahui, ketika kamu tidak beragama maka pegangan harapan kendali tidak kita serahkan kepada Alloh SWT tapi kepada manusia dan itu bisa percaya kepada diri kita sendiri atau orang lain. Yang terjadi mengagungkan diri sendiri maupun orang lain.
Dan celakanya ketika saya kuliah, saya tidak begitu percaya akan bantuanya Alloh SWT dalam hidup saya. Sehingga saya berfikir hidup saya tanpa agama tetap baik-baik saja yang terpenting saya tidak menyusahkan orang dan merugikan orang (habluminannas). ooh ya yang perlu kalian ketahui, ketika kamu tidak beragama maka pegangan harapan kendali tidak kita serahkan kepada Alloh SWT tapi kepada manusia dan itu bisa percaya kepada diri kita sendiri atau orang lain. Yang terjadi mengagungkan diri sendiri maupun orang lain.
Lucunya
di universitas saya dulu itu, sebagai anak baru di haruskan untuk tes pengetahuan
agama dan membaca al-quran. Dan hasilnya saya gak lulus .. sehingga mau ga mau
agar nilai mata kuliah agama saya bagus saya harus ikut kelas mentoring yang
dilaksanakan di hari weekend. Kesal dong saya weekend di pake belajar agama. Kalo
saya pikir-pikir sekarang mungkin ini sinyal pertama dari Alloh SWT agar tidak
telalu terperosok.
Tapi
dasar bebelnya saya keras nya hati saya .. tak banyak materi mentoring masuk ke
otak yang saya pikirkan bagaimna saya bisa melepaskan diri dari kegiatan
mentoring tersebut gimana caranya bisa izin atau titip absen hahaha.. *jangan
di tiru. Dan berkali kali pun saya gak pernah lulus dalam mata kuliah berunsur
agama islam selalu ada aja perbaikan ke dosen agar nilai terpenuhi. Serasa berkali kali di pinta untuk ingat agama dan ingat tuhan.
Titik
balik semua di awali dari salah satu temen yang nyuruh saya pindah agama dari
agama islam.. dia bingung ngeliat temennya solat engga tuntunan islam gak paham.
Di situ hati kecil saya tersentuh hingga saya berfikir sudah sejauh itu kah
saya dengan agama islam ini. Teman saya menasehati dengan simple, kalau saya
tidak ingin membuat keputusan besar dengan pindah agama dan mengguncangkan hati
orang tua. Dia menyuruh saya mengerjakan rukun islam yang menurut saya paling
ringan dan sesuai dengan moto hidup saya.
Yang
saya pilih saat itu adalah berbagi, saya ikuti kata hati saya. Mulai zakat atau
sodakoh saya kerjakan yang penting sesuai moto saya yang masih (habluminannas).
Ouh yah selain solat yang di tinggalin puasa saya juga semaunya. Gak tau kenapa
saat itu saya berfikir zakat atau sodakoh itu paling gampang.
Ketika
saya merangkak menuju agama Alloh SWT, ia malah mengejar saya dengan…
Titik
bali kedua, dimana Alloh SWT memberikan saya sebuah keadaan dimana saat itu
saya percaya dan berharap terhadap manusia but skenario Alloh SWT lain. Di masa ini saya belajar
menyeimbangkan nurani dan logika. Dimana kita memutuskan pilihan tanpa bisa
meminta petunjuk ke orang lain maupun menannyakannya ke diri kita sendiri.
Dimana berdoa adalah jalannya. Kata hati saya menyuruh saya untuk solat.
Apa yang
terjadi saat mulai kembali solat, rasanya benar-benar nano-nano kecewa, marah,
sedih, malu hingga menyesal. Tapi di lubuk hati kecil ini sadar saat itu saya
meminta maaf atas ke sombongan diri dan disitu saya menyadari semua kesalahan
saya.
Ya
kini .. saya mencoba berjalan mendekati Alloh ..
Saya
memperbaiki solat wajib saya, berusaha tidak lalai. Masih banyak kekacauan
keimanan yang telah saya buat sebelumnya
hingga menjadi PR banget sekarang. Langkah demi langkah saja Insyalloh saya
perbaiki mudah-mudahan saya selalu di beri rahmat dan hidayahnya.
Karena,
permasalahan itu bukan membandingkan cara kita berhijrah mendekati Alloh SWT. Bukan
merangkak, berjalan atau berlarinya. Tapi bagaimana caranya kamu tetap terus
merangkak tetap terus berjalan dan tetap terus berlari. Tanpa harus terhenti
dan terlena kembali, ini tantangan berat banget buat saya.
Dan uniknya sekarang, kalo saya kembali lebih percaya atau berharap ke manusia, Alloh memberi sinyal dan memperingatkan saya sangat cepat. Jika saya melupakan-Nya *Astagfirulloh apa yang saya inginkan berbalik menjauh tanpa harus menunggu bertahun-tahun agar aku sadar. Ya .. detik itu minggu itu, *Subhanalloh sekali kan.
So biarkan
saya saja yang berlari mendekat dengan-Mu dan semoga saya bisa terus istiqomah J
0 komentar:
Posting Komentar